Proteksi Water Tube Boiler
1. Tujuan [Daftar]
1. Mengetahui apa itu sensor thermocouple.
2. Mengetahui prinsip kerja thermocouple.
3. Mengetahui aplikasi dari sensor thermocouple.
2. Alat dan Bahan [Daftar]
2.1. Alat [Daftar]
1. Powe Supply DC
Berfungsi untuk mensuplai tegangan DC pada rangkaian.
2. Oscilloscope
alat ukur elektronik yang dapat memetakan atau memproyeksikan sinyal
listrik dan frekuensi menjadi gambar grafik agar dapat dibaca dan mudah
dipelajari. Dengan menggunakan Osiloskop, kita dapat mengamati dan
menganalisa bentuk gelombang dari sinyal listrik atau frekuensi dalam
suatu rangkaian Elektronika.
3. Sumber tegangan AC (VSINE)
Berfungsi sebagai sumber tegangan AC pada rangkaian.
2.2. Bahan [Daftar]
1. Resistor
Resistor berfungsi untuk menghambat atau membatasi aliran
listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian elektronika. Cara
menghitung nilai dari resistor yaitu dengan melihat warna pita dari
resistor tersebut. Umumnya resistor memiliki 4 sampai 6 pita.
Datasheet Resistor
2. Relay
Relay
adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen
Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni
Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch).
Fitur:
1. Tegangan pemicu (tegangan kumparan) 5V
2. Arus pemicu 70mA
3. Maksimum beban AC 10A @ 250/125V
4. Maksimum beban DC 10A @ 30?28V
5. Switching maksimum 300 operasi/menit
Datasheet Relay
3. Dioda 1N4001
Berfungsi untuk penyearah arus pada rangkaian. Pada rangkaian ini dioda digunakan untuk mencegah arus balik masuk ke output sensor dan opamp, serta untuk mencegah tegangan yang tinggi akibat arus balik kumparan relay.
Fitur:
1. Arus maju rata-rata 1A
2. Arus puncak non-repetitif 30A
3. Arus balik 5uA
4.Tegangan balik RMS 35V
5. Tegangan balik repetitif 50V
Datasheet Dioda 1N4001
4. LED
Berfungsi untuk lampu indikator penanda ada arus pada rangkaian.
Datasheet LED
Berfungsi sebagai indikator yang hidup jika suhu berlebih pada pipa boiler.
Fitur:
1. Tegangan operasi 4-8V DC
2. Arus <30mA
3. Frekuensi resonansi 2300Hz
6. Transistor NPN (BC548/BC547)
Berfungsi sebagai penguat, sebagai pemutus dan penyambung arus (switching), stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Pada rangkaian water level sensor ini transistor hanya digunakan sebagai saklar, dengan adanya arus di base maka transistor akan "on" sehingga akan ada arus dari kolektor ke emitor.
Fitur:
1. DC Current gain(hfe) maksimal 800
2. Arus Collector kontinu(lc) 100mA
3. Tegangan Base-Emitter(Vbe) 6v
4. Arus Base(Ib) maksimal 5mA
Datasheet Transistor
7. Sensor Thermocouple
Termokopel adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah besaran mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran atau pengendalian. Sensor sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran pengendalian.
Datasheet Thermocouple (TCK)
8. OP AMP
Operational Amplifier atau Op-Amp
adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai penguat sinyal input baik DC
maupun AC.
Datasheet OP AMP LM741
9. Potensiometer
Potensiometer (POT)
adalah salah
satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan pemakainya.
3. Dasar Teori [Daftar]
1. Resistor
Resistor merupakan komponen
elektronik yang memiliki dua pin dan didesain untuk mengatur tegangan listrik
dan arus listrik. Resistor mempunyai nilai resistansi (tahanan) tertentu yang
dapat memproduksi tegangan listrik di antara kedua pin dimana nilai tegangan
terhadap resistansi tersebut berbanding lurus dengan arus yang mengalir,
berdasarkan persamaan hukum Ohm:
V
= I R
Resistor digunakan sebagai
bagian dari rangkaian elektronik dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah
satu komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat dari
bermacam-macam komponen dan film, bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat
dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).
Karakteristik utama dari
resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat dihantarkan.
Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, derau listrik (noise), dan
induktansi.
Cara membaca nilai resistor
Cara menghitung nilai resistansi resistor dengan gelang warna
1. Masukan angka langsung dari kode warna gelang pertama.
2. Masukan angka langsung dari kode warna gelang kedua.
3. Masukan angka langsung dari kode warna gelang ketiga.
4. Masukkan jumlah nol dari kode warna gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10^n).
5. Gelang terakhir merupakan nilai toleransi dari resistor.
Contohnya sebagai berikut :
2. Relay
Relay adalah Saklar (Switch)
yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen Electromechanical
(Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil)
dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip
Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik
yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih
tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50
mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk
menghantarkan listrik 220V 2A.
Ada besi atau yang disebut dengan nama inti besi dililit oleh sebuah kumparan yang berfungsi sebagai pengendali. Sehingga kumparan kumparan yang diberikan arus listrik maka akan menghasilkan gaya elektromagnet. Gaya tersebut selanjutnya akan menarik angker untuk pindah dari biasanya tutup ke buka normal. Dengan demikian saklar menjadi pada posisi baru yang biasanya terbuka yang dapat menghantarkan arus listrik. Ketika armature sudah tidak dialiri arus listrik lagi maka ia akan kembali pada posisi awal, yaitu normal close.
Fitur:
1. Tegangan pemicu (tegangan kumparan) 5V
2. Arus pemicu 70mA
3. Beban maksimum AC 10A @ 250 / 125V
4. Maksimum baban DC 10A @ 30 / 28V
5. Switching maksimum
3. Dioda IN4001
Dioda adalah komponen yang terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Sebuah Dioda dibuat dengan menggabungkan dua bahan semi-konduktor tipe-P dan semi-konduktor tipe-N. Ketika dua bahan ini digabungkan, terbentuk lapisan kecil lain di antaranya yang disebut depletion layer. Ini karena lapisan tipe-P memiliki hole berlebih dan lapisan tipe-N memiliki elektron berlebih dan keduanya mencoba berdifusi satu sama lain membentuk penghambat resistansi tinggi antara kedua bahan seperti pada gambar di bawah ini. Lapisan penyumbatan ini disebut depletion layer.
Ketika tegangan positif diterapkan ke Anoda dan tegangan negatif diterapkan ke Katoda, dioda dikatakan dalam kondisi bias maju. Selama keadaan ini tegangan positif akan memompa lebih banyak hole ke daerah tipe-P dan tegangan negatif akan memompa lebih banyak elektron ke daerah tipe-N yang menyebabkan depletion layer hilang sehingga arus mengalir dari Anoda ke Katoda. Tegangan minimum yang diperlukan untuk membuat dioda bias maju disebut forward breakdown voltage.
Jika tegangan negatif diterapkan ke anoda dan tegangan positif diterapkan ke katoda, dioda dikatakan dalam kondisi bias terbalik. Selama keadaan ini tegangan negatif akan memompa lebih banyak elektron ke material tipe-P dan material tipe-N akan mendapatkan lebih banyak hole dari tegangan positif yang membuat depletion layer lebih besar dan dengan demikian tidak memungkinkan arus mengalir melaluinya. Kondisi ini hanya terjadi pada dioda yang ideal, kenyataannya arus yang kecil tetap dapat mengalir pada bias terbalik dioda.
Dioda dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
1. Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai penyearah arus AC ke arus DC.
2. Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai penstabil tegangan. 3. Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu
4. Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya. 5. Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali
.
Karakteristik arus dan tegangan dioda
Di kuadran pertama dioda beroperasi dalam mode Forward Biased dan di kuadran ketiga dioda beroperasi dalam mode Reverse Biased dan Break Down. Sumbu X dari grafik menunjukkan tegangan melintasi dioda dan sumbu Y menunjukkan arus melalui Dioda, Selama mode bias maju dioda melewatkan arus hanya ketika tegangan yang melintasi dioda (VD) lebih besar dari 0.5V, ini adalah nilai tegangan maju Dioda untuk dioda silikon dan tegangan bisa sampai 0.7V seperti yang ditunjukkan pada grafik di atas.
Selama Reverse bias, tegangan melintasi dioda berada dalam potensial negatif sehingga arus juga ditampilkan dalam arah negatif. Di sini dioda tidak melewatkan arus atau bernilai kecil mengalir melewatinya sampai tegangan rusaknya (VBD) tercapai.
4. LED
LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).
Tegangan maju LED
5. Transistor
Transistor PNP
Pada transistor PNP, semikonduktor tipe-N diapit oleh dua semikonduktor tipe-P. Transistor PNP juga dapat dibentuk dengan menghubungkan katoda dari dua dioda sebagai base dan anoda sebagai kolektor dan emitor. Hubungan emitter-base foward bias sementara collector-base reverse bias. Jadi, arus mengalir dari emitor ke kolektor karena potensial emitor lebih besar daripada base dan kolektor.
Transistor NPN
Pada transistor NPN, semikonduktor tipe-P diapit oleh dua semikonduktor tipe-N. Transistor NPN juga dapat dibentuk dengan menghubungkan anoda dari dua dioda sebagai base dan katoda sebagai kolektor dan emitor. Arus mengalir dari kolektor ke emitor karena potensial kolektor lebih besar daripada base dan emitor.
Transistor sebagai saklar
Jika ada arus yang cukup besar di kaki basis, transistor akan mencapai titk jenuh (saturasi). Pada titk jenuh ini transistor mengalirkan arus secara maksimum dari kolektor ke emitor sehingga transistor seolah-olah short pada hubungan kolektor- emitor. Jika arus base sangat kecil maka kolektor dan emitor bagaikan saklar yang terbuka. Pada kondisi ini transistor dalam keadaan cut-off sehingga tidak ada arus dari kolektor ke emitor. Nilai resistor terhubung ke base (Rb) dapat dihitung dengan; Rb = Vbe / Ib
Transistor sebagai penguat
Transistor sebagai penguat jika bekerja dalam daerah aktif. Tegangan, arus, dan daya dapat diperkuat dengan beberapa konfigurasi seperti common emitter, common colector, dan common base. DC Current Gain = Collector Current (Ic) / Base Current (Ib)
Transistor sebagai penguat
Transistor sebagai penguat jika bekerja dalam daerah aktif. Tegangan, arus, dan daya dapat diperkuat dengan beberapa konfigurasi seperti common emitter, common colector, dan common base. DC Current Gain = Collector Current (Ic) / Base Current (Ib)
Termokopel adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah besaran mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran atau pengendalian. Sensor sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran atau pengendalian.
Thermocouple merupakan sensor yang mengubah besaran suhu menjadi tegangan, dimana sensor ini dibuat dari sambungan dua bahan metallie yang berlainan jenis. Sambungan ini dikomposisikan dengan campuran kimia tertentu, sehingga dihasilkan beda potensial antar sambungan yang akan berubah terhadap suhu yang dideteksi.
Thermocouple didasarkan pada efek Seebeck, sebuah fenomena di mana tegangan yang sebanding dengan suhu dapat dihasilkan dari rangkaian yang terdiri dari dua kawat logam yang berbeda.
a.
Thermocouple Tipe E
Bahan Logam Positif : Nickel Chromium
Bahan Logam Negatif : Constantan
Rentang Suhu : -200˚C sampai dengan 900˚C
b.
Thermocouple Tipe J
Bahan Logam Positif : Iron (Besi)
Bahan Logam Negatif : Constantan
Rentang Suhu : 0˚C sampai dengan 750˚C
c.
Thermocouple Tipe K
Bahan Logam Positif : Nickel Chromium
Bahan Logam Negatif : Nickel Aluminium
Rentang Suhu : -200˚C sampai dengan 1250˚C
d.
Thermocouple Tipe N
Bahan Logam Positif : Nicrosil
Bahan Logam Negatif : Nisil
Rentang Suhu : 0˚C sampai dengan 1250˚C
e.
Thermocouple Tipe T
Bahan Logam Positif : Copper (Tembaga)
Bahan Logam Negatif : Constantan
Rentang Suhu : -200˚C sampai dengan 350˚C
f.
Thermocouple Tipe U
Bahan Logam Positif : Copper (Tembaga)
Bahan Logam Negatif : Copper Nickel
Rentang Suhu : 0˚C sampai dengan 1450˚C
Prinsip kerja :
Pada
dasarnya Termocouple hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor yang
berbeda jenis dan digabungkan ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang
terdapat pada Termokopel akan berfungsi sebagai referensi dengan suhu
konstan (tetap) sedangkan yang satunya lagi sebagai logam konduktor yang
mendeteksi suhu panas.
Rangkaian
pengkondisi sinyal berfungsi untuk mengolah sinyal dari transduser
termokopel berupa tegangan yang cukup kecil menjadi tegangan yang lebih
besar, sehingga output dari rangkaian ini dapat dibaca oleh untai Analog
Digital Converter (ADC).
Prinsip
kerja dari thermocouple menggunakan efek seebeck ( Efek Seebeck adalah konversi
energi panas menjadi energi listrik).
Prinsip kerja Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya Termokopel hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada Termokopel akan berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap) sedangkan yang satunya lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu panas. Untuk lebih jelas mengenai Prinsip Kerja Termokopel, mari kita melihat gambar dibawah ini :
Berdasarkan Gambar diatas, ketika kedua
persimpangan atau Junction memiliki suhu yang sama, maka beda potensial atau
tegangan listrik yang melalui dua persimpangan tersebut adalah “0” atau V1 =
V2. Akan tetapi, ketika persimpangan yang terhubung dalam rangkaian diberikan
suhu panas atau dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi perbedaan
suhu diantara dua persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan
listrik yang nilainya sebanding dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 –
V2. Tegangan Listrik yang ditimbulkan ini pada umumnya sekitar 1 µV – 70µV pada
tiap derajat Celcius,dan kemudian akan dikonversikan sesuai dengan
reference table yang telah ada (table ini sesuai dengan tipe dari thermocoupe
yang dipakai).
Efek
Seebeck:
Sebuah
rangkaian termokopel sederhana dibentuk oleh 2 buah penghantar yang berbeda
jenis (besi dan konstantan), dililit bersama-sama. Salah satu ujung T merupakan
measuring junction dan ujung yang lain sebagai reference junction. Reference
junction dijaga pada suhu konstan 320F (00C atau 680F (200C). Bila ujung T
dipanasi hingga terjadi perbedaan suhu terhadap ujung Tr, maka pada kedua ujung
penghantar besi dan konstantan pada pangkal Tr terbangkit beda potensial
(electro motive force/emf) sehingga mengalir arus listrik pada rangkaian
tersebut.
Kombinasi
jenis logam penghantar yang digunakan menentukan karakteristik linier suhu
terhadap tegangan.
Tipe-tipe
kombinasi logam penghantar thermokopel:
a. Tipe E (kromel-konstantan)
b. Tipe J (besi-konstantan)
c. Tipe K (kromel-alumel)
d. Tipe R-S (platinum-platinum rhodium)
e. Tipe T (tembaga-konstantan)
Tegangan
keluaran emf (elektro motive force) thermokopel masih sangat rendah, hanya
beberapa milivolt. Thermokopel bekerja berdasarkan perbedaan pengukuran. Oleh
karena itu jika ukntuk mengukur suhu yang tidak diketahui, terlebih dulu harus
diketahui tegangan Vc pada suhu referensi (reference temperature). Bila
thermokopel digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi makaa akan muncul
tegangan sebesar Vh. Tegangan sesungguhnya adalah selisih antara Vc dan Vh yang
disebut net voltage (Vnet).
Besarnya
Vnet ditentukan dengan rumus:
Vnet
= Vh - Vc
Keterangan
:
Vnet
= tegangan keluaran thermokopel
Vh
= tegangan yang diukur pada suhu tinggi
Vc
= tegangan referensi
Gambar
grafik tegangan terhadap suhu pada thermokopel tipe E, J, K dan R :
Kelebihan dan Kekurangan Termokopel
Kelebihan
:
· Mudah dibaca karena memiliki layar yang
tidak mudah keruh dan skala yang jelas.
· Respon cepat untuk setiap perubahan
suhu.
· Akurasi yang tepat dalam pengukuran
suhu.
· Baik untuk pengukuran variasi suhu
dengan jarak kurang dari 1cm.
· Tidak mudah rusak dan tahan lama.
Kekurangan
:
· Hubungan temperature dan tegangan tidak
linear penuh.
· Sensitivitas rendah, umumnya 50 μV/°C
(28 μV/°F) atau lebih rendah (tegangan rendah rentan dengan noise.
· Accuracy pada umumnya tidak lebih baik
dari pada 0.5 °C (0.9°F), tidak cukup tinggi untuk beberapa aplikasi.
· Memerlukan suatu acuan temperatur yang
dikenal, umumnya temperature air es 0°C (32°F).
· Hanya dapat digunakan untuk mengukur
perbedaan suhu.
· Kalibrasi yang sulit,saat thermocouples
dinyalakan suhun yang tertera adalah suhu pada ruangan tersebut.
Aplikasi Termokopel
Pengukuran Temperatur Pada Pipa Boiler
Pada
pengoperasian boiler, sangat penting bagi operator untuk mengontrol temperatur
metal pipa boiler di setiap bagian. Bagian-bagian tersebut termasuk pipa
dinding furnace yang didinginkan oleh air dan uap air pada temperatur saturasi,
pipa economizer yang didinginkan oleh air pada temperatur di bawah titik
saturasi, serta pipa-pipa superheater dan reheater yang didinginkan oleh uap
air pada temperatur di atas titik saturasinya. Pengukuran temperatur-temperatur
tersebut berfungsi untuk menjaga agar pipa-pipa boiler tetap bekerja pada
temperatur amannya, mengetahui keseragaman temperatur pipa-pipa yang tersusun
secara paralel, atau untuk mengetahui kenaikan temperatur fluida antara sisi
inlet dengan sisi outlet pipa.
Ketika akurasi tinggi dibutuhkan, kawat thermocouple harus dibuat lebih panjang hingga ke instrumen display temperatur, hal ini akan mengeliminasi kesalahan yang mungkin ada akibat penggunaan kawat ekstensi yang tidak memiliki karakteristik temperature-emf identik dengan thermocouple-nya. Jika koneksi langsung tidak dimungkinkan kawat ekstensi dapat digunakan. Kabel ekstensi harus mempunyai temperature-emf yang ekuivalen dengan range temperature yang akan diukur. Untuk kabel ekstensi thermocouple W3Re25 padatungku sinter dapat digunakan paduan logam dengan grade temperatur 0 – 260 oC (32
– 500oF).
Semua saklar yang digunakan dengan thermocouple harus memiliki kontruksikuat (dalam hal koneksi) dan di disain untuk menghubungkan dua kawat thermocoupleke rangkaian berikutnya. Saklar harus ditempatkan pada lokasi yang tidak dimungkinkan terjadinya fluktuasi temperatur yang disebabkan oleh udara atau radiasisumber panas. Analisa unjuk kerja thermocouple dilakukan dengan mengukur emf (mV) yang dibangkitkan dan membandingkannya dengan
temperatur yang ditunjukan oleh rekorder. Rekorder diasumsikan sudah memiliki factor konversi yang standar (olehpabrik pembuat) yang diperuntukan untuk thermocouple jenis W3Re25. Pengukuran emf dilakukan pada lead thermocouple ( titik sambung antara kawat thermocouple dengan kabel ekstensi yang menghubungkannya dengan switching ) Tungku 2 dengan menggunakan pengukur milivolt digital, pada setiap kenaikantemperatur 100oC emf yang dibangkitkan dicatat beserta parameter arus dan tegangan auto trafo selanjutnya data tersebut di tabelkan. Rangkaian pengukuran emf pada lead thermocouple tungku 2 diperlihatkan pada Gambar. Pengukuran dilakukan pada dua kali proses penyinteran dengan suhu puncak yang sama yaitu 1500oC saat penaikan temperatur ( increasing ) dan pada saatpenurunan temperatur ( decreasing ). Hal ini dilakukan untuk mengetahui pola keduanyadan mencari lonjakan-lonjakan atau anomali yang terjadi pada pembangkitan emf
Flame sensor
Flame
Detector merupakan salah satu alat instrument berupa sensor yang dapat
mendeteksi nilai intensitas dan frekuensi api dengan panjang gelombang
antara 760 nm ~ 1100 nm. Flame detector merupakan salah satu alat
instrumen berupa sensor yang dapat mendeteksi nilai instensitas dan
frekuensi api dalam suatu proses pembakaran, dalam hal ini pembakaran
dalam boiler pada pembangkit listrik tenaga uap. Flame detector dapat
mendeteksi kedua hal tersebut dikarenakan oleh komponen-komponen
pendukung dari flame detector tersebut. Cara kerja flame detector mampu
bekerja dengan baik untuk menangkap nyala api untuk mencegah kebakaran.
cara kerja flame detector 1 Kebanyakan cara kerja flame detector untuk
mengidentifikasi / mendeteksi api dengan menggunakan metode optik
seperti ultraviolet (UV), infrared (IR) spectroscopy dan pencitraan
visual flame. Cara kerja flame detector dirancang untuk mendeteksi
penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu, yang memungkinkan
alat ini untuk membedakan antara spectrum cahaya pada api dan sumber
alarm palsu. Alarm palsu yang dimaksud yang disebabkan oleh adanya
petir, radiasi dan panas matahari yang memungkinakan mengaktifkan flame
detector. Namun dengan berkembangnya teknologi cara kerja flame detector
lebih pandai dalam menangkap percikan api yang dapat menyebabkan
kebakaran. Cara kerja Flame detector abad ini dirancang dengan sistem
delay selama 2-3 detik pada detektor ini sehingga mampu mendeteksi
sumber kebakaran lebih dini dan memungkinkan tidak terjadi sumber alarm
palsu.
4. Percobaan [Daftar]
4.1. Prosedur Percobaan [Daftar]
1. Siapkan
semua alat dan bahan yang diperlukan
2. Disarankan
agara membaca datasheet setiap komponen
3. Cari
komonen yang diperlukan di library proteus
4. Pasang
Sensor Thermocouple(TCK), resistor , relay, lamp, potensiometer dan power suply sesuai gambar
rangkaian dibawah
5.Buat
rangkaian pengkondisi sinyal
6. Atur nilai
resistor
7. Coba
dijalankan rangkaian apabila ouput hidup(Buzzer) maka rangkaian bisa digunakan
4.2. Rangkaian Simulasi [Daftar]
4.3. Prinsip Kerja [Daftar]
Pada
pengoperasian boiler, sangat penting bagi operator untuk mengontrol temperatur
metal pipa boiler di setiap bagian. Bagian-bagian tersebut termasuk pipa
dinding furnace yang didinginkan oleh air dan uap air pada temperatur saturasi,
pipa economizer yang didinginkan oleh air pada temperatur di bawah titik
saturasi, serta pipa-pipa superheater dan reheater yang didinginkan oleh uap
air pada temperatur di atas titik saturasinya. Pengukuran temperatur-temperatur
tersebut berfungsi untuk menjaga agar pipa-pipa boiler tetap bekerja pada
temperatur amannya, mengetahui keseragaman temperatur pipa-pipa yang tersusun
secara paralel, atau untuk mengetahui kenaikan temperatur fluida antara sisi
inlet dengan sisi outlet pipa.
Pada rangkaian proteksi water tube boiler ini menggunakan thermocouple type-k, thermocouple tipe-k berfungsi sebagai sensor thermal dimana suhu akan terdeteksi oleh thermocouple type-k yang dipasangkan pada pipa boiler agar pipa terjaga kondisinya. pada rangkain proteksi boiler ini dimana skala yang saya buat ketika suhu mencapai >=460'C pada pipa boiler maka tegangan menjadi 5,6 Volt disebabkan adanya 2 penguat yaitu penguat non-inverting dan inverting sehingga Relay dalam kondisi aktif maka buzzer dan led dalam kondisi aktif juga.
Dan saya pasangkan flame sensor untuk mendeteksi terjadi pembakaran pada boiler ,sensor ini dipasang pada ignitor boiler ketika ada percikan apa maka sensor ini mendeteksi dan mengirim sinyal listrik ke rangkaian inverting sehingga relay aktif dan relay dalam keadaan normally close maka lampu akan aktif
4.4. Video [Daftar]
Video Simulasi Proteksi Water Tube Boiler
4.5. Download File [Daftar]
Html disini
Rangkaian disini
Video disini
Datasheet Resistor disini
Datasheet Relay disini
Datasheet Buzzer disini
Datasheet LED disini
Datasheet Dioda 1N4001 disini
Datasheet Potensiometer disini
Datasheet Transistor disini
Datasheet OP AMP disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar